Selasa, 12 April 2011

Alat - alat survey


PERALATAN, BAHAN DAN
PROSEDUR PENGIKATAN KE
BELAKANG METODE COLLINS
Dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran tanah dan pengolahan data, diperlukan sejumlah prosedur yang harus dipenuhi dan apa saja yang harus dipersiapkan, hal tersebut perlu dilakukan sehingga setiap tahapan menjadi lebih terarah dan jelas. Begitupula pada pekerjaan penentuan titik koordinat cara pengikatan ke belakang. Terdapat peralatan dan perlengkapan yang diperlukan pada saat pengukuran di lapangan. dan langkah pengolahan data hasil pengukuran di lapangan. Peralatan, bahan dan prosedur dalam penentuan titik cara pengikatan ke belakang metode Collins dijelaskan sebagai berikut :

1.    Peralatan dan bahan
Peralatan yang digunakan pada pengukuran pengikatan ke belakang cara
Collins seperti peralatan yang digunakan pada umumnya dalam pekerjaan
pengukuran dan pemetaan, antara lain sebagai berikut :
a. Theodolite,
b. Rambu ukur,
c. Statif,
d. Unting-unting,
e. Benang,
f. Formulir ukur dan alat tulis.
Setiap peralatan dan bahan yang digunakan mempunyai fungsi masing-masing dalam pemanfaatannya pada pengikatan ke belakang cara Collins, antara lain :

Theodolite, adalah alat yang digunakan untuk membaca sudut azimuth, sudut vertikal dan bacaan benang atas, bawah dan tengah dari rambu ukur. Pada penentuan koordinat cara Collins alat ini digunakan untuk mengukur besaran sudut datar yang dibentuk dari titik koordinat yang akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui koordinatnya.
Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang diletakan di titik-titik yang telah diketahui koordinatnya untuk membantu dalam menentukan besaran sudut yang dibentuk dari beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya, sehingga pada keperluan pengukuran ini tidak diperlukan data pada rambu ukur seperti benang tengah, benang atas, dan benang bawah.
Statif, digunakan sebagai penopang dan tempat diletakannya theodolite. Ketinggian statif dapat diatur dengan cara mengatur skrup yang ada di bagian bawah setiap kaki statif, setelah disesuaikan tingginya yang disesuaikan dengan orang yang akan menggunakan alat theodolite, putar skrup sehingga kaki statif terkunci.
Unting-unting, dipasang tepat di bagian bawah alat theodolite, sehingga
penempatan alat theodolite tepat berada di atas permukaan titik yang akan dicari koordinatnya. Terdapat berbagai bentuk yang tetapi memiliki fungsi yang sama.

2.    Pengukuran di Lapangan
Dimisalkan terdapat suatu lokasi pengukuran tanah, seperti terlihat pada gambar. akan ditentukan koordinat suatu titik yang terpisah oleh sungai, titik tersebut berada di bagian kiri sungai. Sedangkan beberapa titik di bagian kanan sungai telah diketahui koordinatnya.
Pada pelaksanaan di lapangan, sebelumnya terdapat 3 titik yang telah diketahui berapa koordinat masing-masing. Misal titik-titik yang telah diketahui tersebut adalah titik A, B, dan C. Akan dicari suatu koordinat titik tambahan diluar titik A,B, dan C untuk keperluan tertentu yang sebelumnya tidak diukur, misalkan titik tersebut adalah titik P, yang  terletak di seberang sungai.
Alat theodolite dipasang tepat diatas titik P yang akan dicari koordinatnya, dengan cara dipasang pada bagian atas statif dan digantungkan unting-unting yang diikatkan dengan benang pada bagian bawah theodolite, sehingga penempatan theodolite benar-benar tepat di atas titik P. Pasang
 rambu ukur yang berfungsi sebagai patok tepat pada titik yang telah diketahui koordinatnya yaitu titik A, B, dan C, sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar patok yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut mendatar yang dibentuk oleh garis AP dan BP serta sudut yang dibentuk oleh garis PB  dan PC.
Sudut yang dibentuk oleh garis PA dan PB kita sebut sebagai sudut alfa (β) sedangkan sudut yang dibentuk oleh garis PB dan PC kita sebut sudut beta (β).
Untuk menghitung titik koordinat dengan menggunakan pengikatan ke belakang cara Collins, data yang diukur di lapangan adalahbesarnya sudut β dan sudut β. Koordinat titik A, B, dan C telah ditentukan dari pengukuran sebelumnya. Sehingga data awal yang harus tersedia adalah sebagai berikut :
a. titik koordinat A ( Xa, Ya )
b. titik koordinat B ( Xb, Yb )
c. titik koordinat C ( Xc, Yc )
d. besar sudut β, dan
e. besar sudut β

Cara pengaturan dan pemakaian alat
theodolite :
1.    Pasang statif dengan dasar atas tetap di atas piket dan sedatar mungkin
2.    Keraskan skrup kaki statif
3.    Letakan alat theodolite diatasnya lalu keraskan skrup pengencang alat
4.    Tancapkan statif dalam-dalam pada tanah, sehingga tidak mudah bergerak
5.    Pasanglah unting-unting pada skrup pengencang alat.
6.    Bila ujung unting-unting belum tepat di atas paku, maka geserkan alat dengan membuka skrup pengencang alat, sehingga ujung unting-unting tepat di atas paku dan piket.
7.    Gelembung pada nivo kotak kita ketengahkan dengan menyetel ketiga skrup penyetel.
8.    Setelah tahapan di atas telah dilakukan, alat theodolite siap untuk melakukan pengamatan.
9.    Dengan membuka skrup pengencang lingkaran horizontal dan vertikal arahkan teropong ke titik yang dibidik dengan pertolongan visir secara kasaran, kemudian skrup-skrup kita kencangkan kembali.
10. Jelaskan benang diafragma dengan skrup pengatur benang diafragma kemudian jelaskan bayangan dari titik yang dibidik dengan menggesergeserkan lensa oculair.
11. Dengan menggunakan skrup penggerak halus horizontal dan vertikal, kita tepatkan target yang dibidik (skrupskrup pengencang horizontal dan vertikal harus kencang terlebih dahulu).
12. Setelah seluruh tahapan akhir telah dilakukan, maka pengukuran dapat dimulai.

Pembacaan sudut mendatar
1.    Terlebih dahulu kunci boussole atau pengencang magnet kita lepaskan, kemudian akan terlihat skala pembacaan bergerak; sementara bergerak tunggu sampai skala pembacaan diam, kemudian kunci lagi.
2.    Pembacaan bersifat koinsidensi dengan mempergunakan trombol mikrometer.
3.    (Berarti pembacaan dilakukan pada angka-angka yang berselisih 180o atau 200gr)
4.    Pembacaan puluhan menit/ Centi grade dan satuannya dilakukan pada trombol mikrometer.
5.    Untuk pembacaan biasa, trombol mikrometer berada sebelah kanan.
6.    Untuk pembacaan luar biasa ; trombol berada di sebelah kiri. Untuk dapat melihat angka-angka pembacaan pada keadaan biasa maupun luar biasa, kita putar penyetel angka pembacaan (angka pembacaan dapat diputar baik menurut biasa/ luar biasa dengan berselisih 180o atau 200gr )

2.    Prosedur pengikatan ke belakang metode Collins
Dari data yang telah tersedia diantaranya adalah koordinat titik A,B dan C, serta sudut β dan β yang diperoleh dari pengukuran di lapangan, selanjutnya menentukan daerah lingkaran yang melalui titik A, B dan P dengan jari-jari tertentu, lingkaran tersebut merupakan suatu cara yang membantu dalam proses perhitungan, yang pada kenyataanya tidak terdapat di lapangan. Titilk C berada di luar lingkaran, tarik garis yang menghubungkan titik P terhadap titik C. Sehingga garis PC memotong lingkaran, titik perpotongan itu kita sebut sebagai titik penolong Collins yaitu titik H.
Titik P kemudian kita cari dengan metode pengikatan ke muka melalui basis AB. Perhitungan diawali terlebih dahulu dengan menghitung koordinat titik penolong H. Setelah diketahui azimuth-azimuth lain maka kita akan memperoleh sudut bantu β. Dari rumus tersebut maka akan diperoleh azimuth AP dan BP. Jarak dap dan dbp di peroleh melalui persamaan sinus sudut terhadap jarak. Titik P selanjutnya di peroleh melalui pengikatan ke muka dari A dan B. dengan demikian hitungan Collins untuk mengikat cara ke belakang di kembalikan ke hitungan dengan cara ke muka yang harus di lakukan dua kali. Yaitu satu kali untuk mencari koordinat-koordinat titik penolong Collins H dan satu kali lagi untuk mencari koordinatkoordinat titik P sendiri. Untuk menentukan titik penolong Collins H dan titik yang akan dicari yaitu titik P, dapat dicari baik dari titik A atau titik B. Koordinat target dapat di peroleh dari titik A dan B. Absis target sama dengan jarak A terhadap target dikalikan dengan sinus azimuth A terhadap target kemudian ditambahkan dengan absis titik A. Ordinat target sama dengan jarak A terhadap target dikalikan dengan cosinus azimuth A terhadap target ditambahkan dengan ordinat titik A. Absis target sama dengan jarak B terhadap target dikalikan dengan sinus azimuth B terhadap target kemudian di tambahkan dengan absis titik B. Ordinat target sama dengan jarak B terhadap target dikalikan dengan cosinus azimuth B terhadap target kemudian di tambahkan dengan ordinat titik B. Nilai koordinat target merupakan nilai koordinat rata-rata yang di peroleh dari titik A dan B.

By : Bambang Prayudi D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar